Setelah Mendengar Lagu Bob Dylan
Oleh: Sobar Harahap
Pada 1979 Bob Dylan merilis lagu berjudul Gotta Serve Somebody. Lagu berdurasi lima menit tersebut bercerita tentang spiritualitas dan nilai-nilai kemanusiaan.
Lewat lagu itu Bob Dylan seperti ingin mengatakan bahwa siapapun kita, apapun profesi kita, harus melayani orang lain dengan sebaik mungkin. Sebab dengan begitu, kita juga memberi pelayanan (beribadah) untuk Tuhan, sebagai tanggungjawab personal.
Jika seorang dokter harus melayani pasiennya sebaik mungkin, tukang cukur melayani pelanggannya, maka seorang pemimpin pun harus memberi pelayanan yang terbaik bagi rakyatnya.
Karena sekarang tahun politik, di mana banyak tokoh berlomba menggaet simpati rakyat, agaknya soal kepemimpinan jadi lebih perlu untuk dibahas. Lagu itu pun kemudian menjadi semacam petunjuk arah agar kita tidak tersesat memilih pemimpin.
Pemimpin yang melayani adalah yang selayaknya kita pilih. Lalu, seperti apakah pemimpin yang benar-benar melayani?
Tidak ada ukuran khusus tapi kita bisa melihat seberapa seringkah ia berinteraksi, bercengkrama dan mau mendengar aspirasi masyarakatnya. Bukan turun ke tengah-tengah kita hanya saat menjelang pemilu saja. Dan yang terpenting, program kerjanya senantiasa berorientasi pada kepentingan dan kesejahteraan rakyat.
Beberapa hari lalu, di media sosial saya sempat menjumpai seorang ibu paruh baya menangis sambil memegang erat tangan Presiden Jokowi. Ibu itu minta pertolongan bahwa dia sudah tidak sanggup lagi membiayai anaknya yang sedang kuliah.
Bukan hanya menenangkan, Jokowi juga memastikan harapan warganya itu akan ditindaklanjuti. Jokowi menayakan nama dan KTP ibu tersebut dan meminta para pengawalnya untuk mengurus keperluannya.
Jokowi bisa tampil memukau di mata internasional, diplomasinya dengan petinggi-petinggi negara juga tak pernah diragukan. Namun di depan warganya yang sedang kesusahan dan membutuhkan pertolongan, Jokowi tetap takluk.
Bahkan yang perlu dizoom-in adalah bagaimana ibu tersebut dengan leluasa bisa menyampaikan keluh kesahnya di depan seorang presiden. Tentu saja kedekatan ini hanya bisa terjadi karena sosok Jokowi yang memang mau membuka diri untuk rakyatnya, sehingga mampu meruntuhkan tembok pembatas.
Di tangan Jokowi ketimpangan negeri ini pelan-pelan bisa dipangkas. Aset pertambangan yang sebelumnya dikuasai asing juga berhasil direbut kembali. Belum lagi dobrakannya melakukan hilirisasi industri.
Memang tidak ada pemimpin yang abadi, begitupun dengan Jokowi yang tidak bisa selamanya menjadi presiden. Namun dengan pencapaian-pencapaian itu, kita memiliki gambaran, bahwa pemimpin selanjutnya paling tidak punya visi misi yang sama. Bukan justru berkebalikan.
Pemahaman itulah yang saya kira juga dimiliki banyak orang. Itu terlihat bagaimana dukungan untuk Ganjar Pranowo terus mengalir dari banyak penjuru tanah air. Mereka memiliki penilaiannya sendiri, bahwa Ganjar adalah satu-satunya sosok yang saat ini bisa melanjutkan pondasi kemajuan yang sudah dibangun Jokowi.
Jika melihat kepemimpinan Ganjar Pranowo di Jawa Tengah, harapan itu memang ada. Ganjar lebih banyak menghabiskan waktu kerjanya di lapangan, bukan duduk manis di belakang meja.
Ganjar mau terjun ke desa-desa untuk mengetahui langsung kondisi warganya. Saat ada musibah, Ganjar juga tak pernah absen. Ia membaur, duduk-duduk bareng warga, dan mau mendengar sekecil apapun suara masyarakat. Aktivitas semacam inilah yang mampu menumbuhkan kedekatan emosional antara pemimpin dan yang dipimpin, sesuatu yang sangat langka. Itu semata-mata karena kemauan Ganjar untuk melayani.
Bukan hanya soal itu, untuk urusan pelayanan birokrasi pun Ganjar perhatikan betul. Segala pungli dibabat. Pelayanan yang bertele-tele langsung disikat. Bahkan karena komitmen ini, Ombudsman RI mengapresiasinya.
Menurut Ketua Ombudsman RI Robert Na Endi, apresiasi ini diberikan karena pelayanan publik di Jateng dinilai semakin memuaskan.
Selain strategi Ganjar dalam menata Jateng, yang juga perlu dilihat adalah kepiawaian Ganjar menarik investor asing untuk mendirikan perusahaannya di Jawa Tengah. Sehingga dengan begitu pengangguran di era Ganjar nyata-nyata berkurang.
Ganjar mungkin saja belum pernah mendengar lagu Gotta Serve Somebody milik Bob Dylan tersebut. Tapi secara prinsip ia sangat memahami bahwa sebagai pemimpin, ia mesti melayani warganya.
Itulah hubungan indah antar manusia yang terjalin karena satu kesadaran untuk saling membantu. Bukan mentang-mentang memilki jabatan, justru seenaknya sendiri berbuat, atau malah memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi.
Sudah banyak kepala daerah yang terpaksa harus mendekam di balik jeruji besi. Terbaru, seorang oknum gubernur. Dan masih banyak lagi yang lainnya.
Setiap orang memang bisa salah. Begitupun dengan seorang pemimpin. Namun jika memiliki kesadaran untuk melayani, kekeliruan-kekeliruan itu akan sangat dihindari.
Apalagi jika pemimpin itu memiliki keyakinan bahwa rakyat adalah tuannya, pastilah hak-hak dan keinginan rakyat akan dijunjung setinggi- tingginya.
Jadi, silakan minum kopi dan mari kita sama-sama mengangankan masa depan yang lebih baik untuk kita, dan juga bagiĀ anak-anak kita nantinya.