
Persis di samping saya Presiden Indonesia saat ini, Prabowo Subianto, yang baru melantik Menteri Keuangan Purbaya dan langsung didemo mahasiswa karena ucapannya yang dinilai melukai perjuangan rakyat.
Sejumlah BEM UI langsung mendatangi DPR menyampaikan aspirasi. Inilah menteri pertama didemo setelah dilantik hanya beberapa jam.
Namun menariknya, Purbaya yang baru dilantik mengambil kebijakan yang kontra dengan Sri Mulyani semula menahan sisa duit dan dibenamkan di Bank Indonesia untuk jaga-jaga. Keduanya alumni PhD ekonomi di Amerika Serikat.
Purbaya memilih menyalurkan ke bank-bank umum milik BUMN seperti BRI dan kawan-kawannya. Tujuannya, ekonomi akan bergerak dengan disalurkan kredit ke nasabah.
Tapi ingatkah krisis 98, di mana bank bank banyak tumbang. Kredit macet, sehingga negara harus menyelamatkan bank-bank itu dengan memberikan vitamin tambah darah berupa suntikan anggaran? Itulah namanya sangge bunuh atau jurus selamat ala Sri Mulyani untuk bertahan, belajar dari kasus 1998. Menahan duit jika terjadi sesuatu yang tak baik terhadap perekonomian dunia dan Indonesia. Apalagi di kondisi perekonomian yang terus bergejolak.
Tahun 2008, dunia juga dikejutkan kebangkrutan bank raksasa Lehman Brothers dan perusahaan finansial raksasa Bear Stearns di Amerika Serikat (AS), krisis ekonomi merambah hampir setiap negara dan menjadi isu global.
Setelah kebangkrutan perusahaan-perusahaan besar di AS, pasar keuangan yang selama ini menjadi urat nadi perekonomian dunia, mengalami gelombang kepanikan karena dari hari ke hari mengalami kemerosotan nilai dari efek-efek yang diperjualbelikan di bursa.
Tapi, mungkin Purbaya percaya diri kondisi perekonomian Indonesia aman-aman saja sehingga pertahanan di BI digelontorkan ke pasar. Mekanisme pasar akan berkerja dengan cara sendiri.
Kemudian Purbaya tak menahan dana transfer ke daerah yang juga kontra dengan kebijakan Sri Mulyani. Artinya jika dana transfer daerah tidak dipotong, maka APBD di daerah akan kembali normal. Bayangkan ada daerah yang PAD hanya 9 persen dari belanja. Artinya 91 persen berharap disusui sama pemerintah pusat. Daerah seperti ini harusnya ditinjau ulang jadi daerah otonom. Karena tak mampu menghidupi dan melakukan pembiayaan mandiri.
Artinya dengan dana transfer ke daerah lancar, bisa jadi akan menganggu proyek pembangunan pemerintah pusat. Yang semula disiapkan Sri Mulyani untuk mendukung Asta Cita Prabowo. Kan Rp260 triliun dari dana pemotongan transfer daerah bisa dipakai program nasional seperti makan bergizi gratis yang menelan anggaran Rp1 triliun per hari. Itulah dua program besar yang dampaknya akan kita lihat di akhir tahun 2025. Apakah akan berdampak positif atau malah negatif.
Pertanyaannya, mengapa ekonomi Indonesia tidak baik-baik saja? Mengapa terjadi pemotongan dana transfer daerah yang menyebabkan daerah menerapkan defisit keuangan, akibatnya ekonomi pemda tak berdaya?
Sebenarnya Prabowo menulisnya di buku Paradoks Indonesia dan cara mengatasinya. Hanya saja cara menyelesaikan persoalan tersebut tidak terlalu track yang bagus.
Menteri-menteri yang dipilih bukan personel yang handal ahli di bidang untuk mengatasi permasalahan berat bangsa ini.
Purbaya misalnya, jika dibandingkan dengan Chatib Basri atau Anggito Abimanyu. Walaupun Anggito sempat tersandung kasus plagiat. Atau ada nama Mari Pangestu yang sudah memiliki jam terbang tinggi di pergaulan internasional.
UI atau UGM masih melimpah stok. Atau dari INDEF dan ICMI juga banyak stok ekonom handal. Tiba-tiba muncul Purbaya. Banyak kalangan menyebutkan atas bisikan mentornya yang masih memiliki pengaruh kuat di negeri ini.
Menarik belajar dari Malaysia di saat Tun Mahatir Muhammad menjadi PM. Dia memilih Menkeu perempuan Zeti Akhtar Aziz, ekonom perempuan yang memimpin perekonomian Malaysia, mengambil jalan yang berbeda dari doktrin IMF. Dan ia berhasil membawa Malaysia melalui krisis ekonomi terburuk dalam sejarah Asia tersebut.
Mahatir tidak salah pilih. Zeti cakap dalam mengelola keuangan Malaysia di saat krisis melanda negara itu dan negara-negara lain.
Kita juga bisa melihat jejak rekam yang mentereng Menteri Keuangan Amerika Serikat yang dipakai Donald Trump yakni Scott Bessent.
Begitu dilantik, ia bertanggung jawab untuk mempertahankan ekonomi yang kuat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan lapangan kerja bagi semua warga Negeri Paman Sam.
Bessent juga bertugas untuk memperkuat keamanan nasional AS dengan memerangi ancaman ekonomi dan melindungi sistem keuangan. Dia telah berkecimpung dalam bidang bisnis manajemen investasi global selama 40 tahun, mengunjungi 60 negara, serta berinteraksi dengan para pemimpin internasional dan bankir bank central.
Dengan jejak rekam perjalanan ekonomi kelas dunia, Trump tak salah pilih. Walaupun kebijakan pajak di negara lain membuat heboh dunia.
Bessent dianggap sebagai tokoh dengan spesialisasi di bidang mata uang dan pendapatan tetap. Dia juga sering berkontribusi pada publikasi jurnal ekonomi dan bisnis. Yang menarik, Bessent juga profesor bidang sejarah ekonomi di Yale University. Trump menyadari Menkeu adalah bendahara negara, jadi sosok yang dipilih benar-benar harus mumpuni tanpa cela sedikit pun.
Wajar Sri Mulyani dipakai tiga presiden. Mulai dari Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo dan terakhir Prabowo Subianto.
Ketika acara berpisahan di kantornya, Sri Mulyani meneteskan air mata. Ratusan karyawan Kemenkeu melepas dengan sedih kepergiannya. “Jangan lelah mencintai Indonesia”, selalu terngiang di telinga kita semua ketika rumahnya dijarah massa.
Memang sepekan, satu bulan atau satu tahun, kita akan melihat kinerja Purbaya apakah dia sanggup membawa ekonomi Indonesia stabil atau tumbuh. Jika tidak, jangan lama-lama. Menkeu jabatan penting yang harus diisi sosok penting dari anak-anak bangsa yang harusnya punya jejak rekam sempurna di bidang ekonomi.
Karena sangat berat menyelesaikan beban utang Indonesia yang ribuan triliun, sumber pendapatan negara yang sudah pas-pasan dari sektor pajak. Dan tingginya pengangguran hingga kemiskinan.
Prabowo memang harus memikirkan menghentikan program-program makan siang yang dianggap sejumlah pihak tidak banyak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, karena bersifat konsumtif serta menghabiskan anggaran tanpa memberikan triger pertumbuhan ekonomi nasional.
Waktu saya belajar ekonomi yang diajarkan dosen-dosen muda jebolan Amerika Serikat, tokoh ekonomi klasik Adam Smith percaya bahwa pemerintah tak perlu campur tangan dalam ekonomi.
Sedangkan ekonom lebih muda dari Adam Smith, yakni John Maynard Keynes, meyakini pemerintah berperan penting mengatur ekonomi suatu negara.
Mungkin Sri Mulyani lebih dekat ke Keynes daripada Adam Smith. Dan Purbaya menyerahkan ke mekanisme pasar ala Smith. Selamat istirahat Mbak Ani.
Saya ingat cerita Harry Azhar Azis tentang Sri Mulyani. “Kita sama alumni doktor Amerika. Buku yang kita baca mungkin sama.” Begitu debat panas Ketua Badan Anggaran, Harry Azhar yang bisa mengimbangi kepintaran Sri Mulyani soal ekonomi di pembahasan Badan Anggaran DPR RI. Karena Harry satu satunya anggota DPR jebolan PhD ekonomi dari Amerika saat itu.
(Robby Patria, Anggota ICMI)