Pekan Budaya Melayu Nusantara di Tanjungpinang, Lestarikan Warisan Kearifan
PRIMETIMES.ID, TANJUNGPINANG-
Wakil Wali Kota Tanjungpinang, Drs. H. Raja Ariza, MM membuka kegiatan Pekan Budaya Melayu Nusantara 2025 yang digelar Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah IV Riau-Kepri, di Lapangan Pamedan Ahmad Yani, Selasa (19/8/2025) malam.
Ajang yang berlangsung 19–22 Agustus 2025 itu menampilkan beragam pertunjukan seni dan budaya, mulai dari lomba musikal syair, lagu akustik Melayu, tari persembahan, fashion busana khas, hingga permainan tradisional seperti gasing, enggrang, congklak, dan bakiak.
Selain itu, pengunjung juga bisa menikmati pameran dan bazar budaya yang menghadirkan kerajinan tangan, karya seni, serta kuliner tradisional.
Dalam sambutannya, Wawako Ariza menyebut kegiatan ini sebagai wadah untuk menjaga sekaligus menghidupkan budaya Melayu di tengah masyarakat.
“Di sinilah syair dilantunkan, lagu diperdengarkan, tarian dan busana khas diperagakan, serta permainan tradisional kembali hadir. Semua itu bukan sekadar hiburan, melainkan warisan kearifan,” ujarnya.
Wawako Ariza berharap Pekan Budaya Melayu menjadi agenda berkelanjutan dan ruang bagi generasi muda untuk mencintai budayanya.
“Komitmen ini sejalan dengan visi Kota Tanjungpinang, yaitu Berbenah Menuju Tanjungpinang Kota Berbudaya. Visi ini bukan sekadar jargon, tetapi tekad nyata pemerintah kota bersama seniman, budayawan, komunitas, dan masyarakat untuk menjaga serta mengembangkan budaya Melayu,” ucapnya.
Untuk itu, Wawako Ariza mengajak seluruh pihak menjadikan kegiatan ini sebagai tonggak kebangkitan warisan nusantara.
“Mari kita jadikan pekan budaya ini sebagai cahaya penerang jalan masa depan, sekaligus bukti bahwa Tanjungpinang akan senantiasa menjunjung tinggi warisan Melayu sebagai jati diri kota ini,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala BPK Wilayah IV Riau–Kepri, Jumhari, mengatakan kegiatan ini sudah dua kali digelar dan diharapkan menjadi stimulan bagi tumbuhnya ekonomi kreatif berbasis budaya lokal.
“Pekan Budaya Melayu tidak hanya mempertemukan pegiat seni dan budaya, tetapi juga pelaku UMKM yang menjadi tulang punggung perekonomian,” jelasnya.
Menurut Jumhari, Tanjungpinang merupakan basis utama wisata budaya Melayu, terutama dengan keberadaan Pulau Penyengat yang sejak 2018 ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya nasional.
“Pulau Penyengat menempati posisi penting dalam peradaban Nusantara, khususnya peradaban Melayu,” katanya.
Ia menambahkan, dari 16 warisan budaya tak benda dunia milik Indonesia, empat di antaranya berasal dari bekas Kerajaan Melayu Riau–Lingga, yakni pantun, silat, kebaya labuh, dan segera menyusul Makyong yang ditargetkan ditetapkan tahun depan.
“Pulau kecil ini sudah menyumbang seperempat warisan budaya tak benda dunia. Pekan ini, bersama Pemerintah Provinsi Kepri dan Yayasan Warisan Johor, kita mendorong pengusulan Zapin agar didaftarkan pada 2027. Jika lolos, maka pada 2028 bisa ditetapkan bersama Malaysia sebagai warisan dunia,” ujarnya.
Dengan begitu, Kepulauan Riau, khususnya Tanjungpinang dan Lingga, berpeluang menyumbangkan lima warisan budaya tak benda dunia bagi Indonesia.
(Red)



