Alam Ganjar, Tetaplah Semenarik Ini
Oleh: Sobar Harahap
Kehadiran Alam Ganjar di Rosi Kompas TV bukan hanya bikin salfok gadis-gadis, namun juga membuat banyak orang yang menontonnya diam-diam ikut kagum.
Terus terang aku tidak mengenal Alam secara pribadi, jarang pula mengikuti aktivitasnya. Namun dari wawancaranya dengan Rosi, aku bisa melihat ia seorang pemuda yang cakap, berwawasan, dan rendah hati. Itu terpancarkan dari caranya berinteraksi dan menjawab setiap pertanyaan.
Rosi sendiri berpesan pada putra semata wayang Ganjar Pranowo dan Siti Atikoh untuk tetap seperti ini. Yang sederhana, ramah terhadap orang lain, dan tetap antusias terhadap ilmu pengetahuan.
Pesan Rosi masuk akal, lingkaran kekuasaan memang seringkali mengubah tabiat seseorang dalam sekejap. Namun jika melihat bagaimana Alam tumbuh, serta pengalaman yang menempanya selama ini, aku percaya dia mampu menghadapi segala godaan jika nanti ayahnya mengemban tugas yang jauh lebih besar.
Meski terlahir sebagai anak pejabat, Alam terbiasa tidak memanfaakan hak istimewa dari orang tuanya. Jangankan hidup bermewah-mewahan, dimanja pun tidak. Kemandirian itu sudah ternamankan dalam dirinya sejak kecil. Orangtuanya melarang sopir membukakan pintu mobil untuknya, juga melarang membawakan barang-barangnya. Bahkan dalam urusan membeli sesuatu, mereka memprioritaskan kebutuhan ketimbang keinginan.
Cara didik semacam inilah yang barangkali turut mendewasakan Alam dan mampu berpikir matang. Jujur, aku pun terkejut ketika dia merespon pertanyaan Rosi soal makna kekuasaan. Ia menjawab dengan tenang, jernih, sekaligus tajam: “Kekuasaan cuma terminologi aja sih, karena yang perlu kita sadari dari kata kekuasaan itu adalah bagaimana sesuatu kekuasaan itu bisa mempengaruhi banyak orang. Bagaimana hal itu bisa berpengaruh kepada orang banyak,” tuturnya.
Ganjar Pranowo dan Siti Atikoh adalah pasangan yang sangat sibuk. Namun mereka rupanya sangat menaruh perhatian yang besar terhadap keluarga. Saat Atikoh masih berdinas di DKI Jakarta, ia berangkat pukul 05.00 WIB dan baru pulang jam 21.00 WIB. Namun ia tetap mencurahkan kasih sayangnya untuk menemani Alam belajar, bahkan lembur membuat soal-soal bahasa Inggris. Terkadang sampai dini hari dia baru tidur, lalu harus berangkat kerja lagi saat pagi buta.
Atikoh menceritakan itu dengan biasa. Seolah itu bukan sesuatu yang istimewa. Namun aku yang menyimak penuturannya dari kejauhan lewat tayangan youtube, merasa terharu. Sangat mengagumkan. Alam pun kemudian berhasil menjadi seorang pemuda yang membanggakan. Banyak sekali prestasi yang sudah diraihnya.
Satu hal yang membuatku semakin kagum, Alam tumbuh layaknya bukan anak seorang pejabat. Ia jauh dri kesan mewah, ia juga tidak berbisnis dengan memanfaatkan relasi dan posisi bapaknya. Bahkan ia sudah belajar berbagi dan memahami kesulitan-kesulitan yang dihadapi orang lain. Ia pernah ikut membantu membersihkan Sungai Ciliwung, hingga menggalang donasi kemanusiaan lewat e-sport.
Pada akhirnya, tayangan Rosi di Kompas TV memang memberikan banyak pelajaran. Ia bukan hanya membawa kita untuk mengenal lebih jauh kehidupan kandidat capres Ganjar Pranowo yang sangat menginspirasi, namun juga mengingatkan kembali betapa berharganya sebuah keluarga. Dari ruang keluarga inilah kebijaksanaan seseorang terbentuk.