Opini

Si Rambut Putih di Pulau Dewata

Oleh: Sobar Harahap
Ganjar Pranowo disambut hangat masyarakat Pulau Dewata. Setelah menghadiri acara kedinasan penandatanganan kerjasama bidang kesenian di Sanur, hari ini Ganjar juga menyempatkan diri mengikuti undangan jalan sehat yang dimulai dari lapangan Renon.

Ribuan orang tampak berkumpul menyambut Ganjar. Tua muda, pria wanita dengan berbagai latar belakang, semua berebut menyelami calon presiden Si Rambut Putih. Tarian-tarian hingga  musik tradisional Bali juga mengalun memeriahkan acara itu.

Bali, kita tahu, memang sudah lama menjadi salah satu basis terbesar PDI Perjuangan. Selain ikatan emosional yang lama terjalin, ideologi keberagaman yang menjadi napas perjuangan partai berlambang banteng ini, membuat hubungan keduanya semakin lekat. Sejak pemilu 1999 sampai sekarang, PDIP pun selalu unggul di Bali.

Jika melihat lebih jauh ke belakang saat Pemilu pertama digelar pada 1955, Bali juga menjadi basis terkuat PNI, partai yang didirikan dan dimotori Bung Karno. Selain ibunda Sukarno berasal dari Bali, sikap kebangsaan yang ditunjukkan Bung Karno kala itu mampu memikat hati masyarakat Bali. Itu terbukti, meski Sukarno sendiri beragama islam (mengikuti agama ayahnya), dia memiliki peran besar membawa Hindu-Bali diakui sebagai agama oleh negara.

Sukarno tercatat mendukung petisi warga Bali pada 1958 yang menuntut pembentukan seksi Hindu-Bali dalam Departemen Agama. Pada 1 Januari 1959, Pemerintahan Presiden Soekarno membentuk Bagian Urusan Hindu Bali dalam Departemen Agama. Hal itu menandai Hindu Bali menjadi salah satu agama yang diakui di Indonesia.

Kini, mayoritas masyarakat Bali melihat api semangat Bung Karno ada di tubuh PDIP. Nilai-nilai keberagaman, semangat kebangsaan, terus ditanamkan oleh para pemimpin dari PDIP. Kita juga bisa melihat hal itu dalam kepemimpinan Ganjar di Jateng. Perbedaan suku ataupun agama memang bukan untuk memecahkan, namun jadi bukti betapa Indonesia adalah negara yang besar. Maka sikap Ganjar pun jelas, ia menentang keras kelompok-kelompok ektrimis yang kerap merasa dirinya paling benar.

Dalam kiprahnya di Jateng, Ganjar bahkan menjadi satu-satu gubernur yang pertama kali mendirikan rumah Pembauran Kebangsaan. Lebih dari 19 etnis dari berbagai penjuru tanah air aktif di sana.

Keberadaan rumah pembauran kebangsaan pun jelas, selain memberi rasa nyaman dan aman para pendatang di Jateng, ini menjadi ruang untuk mengikat persaudaraan dan persatuan antar etnis di Indonesia. Sekaligus tentu saja memelihara toleransi yang selama ini sudah tumbuh dengan subur di Jawa Tengah.

Sikap-sikap inilah yang pada akhirnya membuat Ganjar mudah diterima di mana saja. Semua orang dengan latar belakang agama yang berbeda beda, setiap suku dengan kebudayaan dan tradisi berbeda-beda, menyukai sosok Ganjar. Rasa cinta yang sama juga bisa aku lihat di Bali. Di Desa Bangli, Baturuti, Tababan, bahkan ada bukit bambu yang dinamai Ganjar. Apalagi namanya coba kalau bukan bukti cinta?

Kita masih ingat pada Pilpres 2019, perolehan suara Jokowi di pulau Dewata ini mencapai 92 persen. Melihat sambutan masyarakat yang begitu antusias untuk Ganjar, bukan hal yang mustahil perolehan suara Ganjar di Bali akan menyamai Jokowi.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker