Mimpi Pak Udin, Penjual Roti Keliling di Batam
PRIMETIMES.ID, BATAM,
Rinai hujan masih setia membasahi setiap sudut Kota Batam. Bunyi “tik..tik..tik..” terdengar jelas dari atap plafon ruko-ruko yang ada di kawasan Pasar Mega Legenda, Batam, Rabu (25/11) pagi.
Berjarak sekira dua tombak dari tempatku menginap, penjual roti keliling membunyikan alat mirip terompet. Suara khas “kukek..kukek..kukek” dari alat tersebut mencoba memanggil warga untuk membeli rotinya.
“Roti..roti..roti…,” teriaknya sedikit menggigil menahan rasa dingin. Jas hujan plastik tipis tampak melindungi tubuhnya di bawah hujan.
Bapak ini luar biasa. Walau hujan, semangatnya untuk mengais rezeki tetap keukeuh, gumamku dalam hati.
“Pak, roti..,” teriakku.
Ia belum menoleh. Mungkin suaraku kalah dengan suara hujan yang semakin deras.
“Pak..roti..,” teriakku lagi.
Kali ini ia mendengar. Ia menoleh ke arahku dan langsung bergegas mendekat.
“Hujan-hujan begini tetap jualan keliling ya, Pak? Tanyaku lembut.
Ia tersenyum sambil membuka topi jas hujannya.
“Iya, Pak. Namanya juga cari rezeki, Pak. Demi sesuap nasi dan masa depan anak-anak di rumah,” sahutnya.
“Mantap, Pak,” ujarku sembari memilih roti yang aku suka.
“Itu yang ada abonnya 2 ya, Pak,” ujarku.
“Baik, Pak. Ada yang lain, Pak?” Tanyanya.
“Paha ayamnya 3,” ujarku lagi.
Ia pun mengambil roti paha ayam dan memasukkannya ke dalam kantong plastik.
“Dua puluh lima ribu, Pak,” katanya.
Aku pun menyerahkan uang pas dua puluh lima ribu rupiah kepadanya.
“Terima kasih, Pak,” sahutnya.
“Laris pagi ini, Pak” tanyaku.
“Lumayanlah, Pak. Cukup buat biaya di rumah dan juga untuk ditabung buat pendidikan masa depan anak-anak. Anak saya ada dua. Saya tinggal di Sei Panas. Sebut aja Pak Udin tukang roti keliling, pasti mereka tau semua,” ujarnya sembari ketawa.
“Terus, situasi pandemi ini pengaruh gak kira-kira hasil penjualan?” Tanyaku lagi.
Perlahan ia menghela napas.
“Ya, jelas pengaruh lah, Pak. Penjualan berkurang. Dan jujur saja, kita butuh bantuan modal untuk membantu mengembangkan usaha,” terangnya.
“Ada tuh, Pak. Salah satu paslon Cagub-Cawagub Kepri dalam programnya akan menyalurkan bantuan pinjaman modal tanpa bunga dengan jangka waktu pinjaman yang panjang untuk para pedagang kecil dan pelaku UKM seperti bapak,” ujarku.
“Iya..Itu program Romo Soerya Respationo kan? Beliau Romo kami. Makanya saya dan keluarga akan dukung dan pilih beliau pada 9 Desember nanti. Karena program beliau benar-benar memihak kepada wong cilik seperti saya dan kawan-kawan lainnya,” terangnya penuh semangat sambil menunjukkan angka 1 dengan telunjuknya
Aku tertegun. Dalam hatiku, ternyata Romo Soerya Respationo benar-benar ada di hati wong cilik seperti Pak Udin ini.
“Jadi apa harapan bapak ke depannya, Pak? tanyaku sambil menggenggam erat kantongan plastik berisi roti yang barusan ku beli.
Sembari melempar senyum ia menjawab.
“Semoga Bapak Soerya Respationo dan Pak Iman dipercaya dan diberi amanah memimpin Kepri agar warga Kepri seperti saya ini dapat hidup lebih sejahtera lagi. Yang jelas saya pilih Romo. Beliau merakyat. Dan tentu saja saya berharap programnya memberi bantuan modal dapat saya terima. Itu mimpi saya,” ujarnya.
Sekira dua hisapan rokok kemudian, ia pun menghidupkan mesin motornya dan pamit pergi.
“Saya keliling dulu, Pak,” ujarnya
“Baik, Pak. Semoga rotinya laris,” kataku.
Ia tersenyum.
Tak lama kemudian ia pun berlalu, bersama hujan.
(BUNG MANURUNG)